Bangsa Indonesia, saat ini sepertinya benar-benar kekurangan profil penegak hukum yang menginspirasi, Tokoh yang benar-benar bersih, tegas, wibawa dan bekerja semata-mata untuk rakyat.
Aksi para oknum penegak hukum mulai dari level paling bawah hingga atas, yang tertangkap mengkonsumsi narkoba, judi, korupsi, beristri lebih dari satu dan bahkan yang paling hangat saat ini ketika ada seorang oknum Polisi di Bali memeras seorang turis asal Belanda dan kemudian dilanjutkan dengan minum bir di dalam pos Polisi tempat oknum tersebut bertugas, yang mana kejadian ini terekam secara jelas dan kemudian beredar secara internasional melalui media Youtube.com, menambah daftar kelam kinerja aparat penegak hukum di negara ini.
Penegakan hukum yang tidak berjalan dengan baik, membuat masyarakat sangat merasakan bahwa aksi-aksi premanisme sudah pada taraf yang mengkhawatirkan, mulai dari preman kelas teri hingga kelas kakap. Pemerkosaan, penculikan, perampokan, pembunuhan, mutilasi dan lain sebagainya, saat ini semakin akrab di mata dan telinga masyarakat melalui pemberitaan di sebagian besar media nasional. Mendengar pemberitaan tersebut, masyarakat pun sudah diteror secara psikologis. Seolah preman-preman tersebut tidak takut dijatuhi hukuman oleh para penegak hukum.
Masyarakat resah, keamanan diri, keluarga dan harta benda merasa terancam, tidak ada rasa nyaman bagi mereka ketika berjalan seorang diri, di dalam transportasi umum bahkan ketika tinggal dirumah, menakutkan, namun tidak ada daya apa-apa, sehingga ketika sekelompok oknum Kopassus yang menyerbu LP Cebongan dan membunuh 4 narapidana yang diduga berkaitan dengan tewasnya anggota Kopassus Sertu Heru Santoso di sebuah tempat hiburan malam, di dalam sel LP, yang mana proses penyerbuan hingga melarikan diri cuma berlangsung 10 menit saja, dianggap masyarakat menjadi pahlawan.
Hal ini dapat dilihat juga dari dukungan berupa pesan berantai dukungan terhadap Kopassus melalui jejaring sosial Facebook, Twitter dan Blackberry Mesengger. Bagi para pendukung, penyerangan lapas dianggap sebagai aksi pembersihan premanisme.
Tidak salah apabila masyarakat menilai seperti itu, karena di mata mereka, Kopassus memiliki track record yang sangat baik, mungkin belum lupa di ingatan kita, bagaimana Serda Nicolas berhasil menggagalkan aksi perampokan dan percobaan pemerkosaan yang hendak dilakukan pengemudi mikrolet kepada seorang karyawati, atau keberhasilan team Kopassus dalam pencarian FDR pesawat SUKHOI yang jatuh di gunung salak, serta menolong korban banjir di Pluit hingga menangani ikan hiu paus yang terdampar di pantai Pandansimo Baru, Bantul.
Dengan kata lain, lemahnya motivasi para aparat penegak hukum selama ini dalam menjaga rasa aman dan nyaman pada masyarakat untuk menumpas para preman sepertinya sudah tergantikan oleh aksi sekelompok oknum Kopassus tersebut. Masyarakat melihat harapan.
Namun apapun itu, Indonesia adalah negara hukum, jadi siapapun yang bersalah harus dihukum setimpal dengan perbuatannya. Karena, kasus penyerbuan ke lapas atau penusukan terhadap aparat negara ini bisa merembet dan ditiru oleh pelaku kekerasan lain, apabila dibiarkan begitu saja tanpa penyelesaian hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar